News  

Bantuan Barat Masih Belum Pasti, Ekonomi Ukraina 2024 Diprediksi akan Hadapi Tantangan

Perekonomian Ukraina yang terpuruk diperkirakan masih dapat bertahan dalam beberapa bulan ke depan hingga mendapatkan bantuan asing. Namun perekonomian negara tersebut pada tahun diprediksi akan lebih sulit dibandingkan pada tahun ini dan Kyiv diharapkan lebih bergantung pada sumber daya internalnya sendiri.

Ukraina berharap dapat menutupi defisit anggaran tahun depan sebesar $43 miliar, sebagian besar berasal dari bantuan keuangan luar negeri termasuk 18,5 miliar euro dari Uni Eropa dan lebih dari $8 miliar dari Amerika Serikat (AS) yang termasuk paket bantuan militer.

Namun, hingga saat ini, dua paket bantuan tersebut dihentikan oleh Partai Republik di Kongres AS dan oleh Hongaria di Uni Eropa. Paket-paket tersebut diharapkan akan disahkan, meskipun masih ada ketidakpastian terkait bantuan keuangan dari AS, demikian disampaikan sejumlah ekonom dan diplomat asing.

Sejak Rusia melakukan invasi pada Februari 2022, Kyiv menghabiskan seluruh pendapatannya untuk sektor pertahanan dan militer, sementara pengeluaran untuk berbagai pos, dari pensiun hingga pembayaran sosial senilai puluhan miliar dolar, ditalangi dari bantuan luar negeri.

Para pekerja kota menghiasi dinding gedung pemerintahan daerah dengan bendera nasional berukuran besar di Kherson, Ukraina, 10 November 2023. (Foto: AP)

Kyiv bisa saja kekurangan beberapa miliar dolar dalam memenuhi kebutuhan pembiayaannya pada 2024. Namun, Kepala Ekonom Dragon Capital Olena Bilan, mengatakan kekurangan sebesar $10 miliar akan menimbulkan masalah bagi stabilitas makroekonomi dan program Dana Moneter Internasional (IMF).

IMF – yang menyetujui pendanaan tahap baru senilai $900 juta pada bulan ini – memerlukan jaminan pendanaan yang kuat untuk 12 bulan ke depan, sehingga penurunan substansial dalam pendanaan eksternal dapat membuat programnya dipertanyakan, katanya.

“Pemerintah memiliki cadangan likuiditas untuk bulan Januari dan Februari,” kata Yurii Haidai, ekonom senior di Center for Economic Strategy, sebuah lembaga kajian di Kyiv.

Mengisi kekosongan anggaran dapat memaksa Ukraina menaikkan pajak, yang akan menjadi kontraproduktif bagi perekonomian, atau bahkan mencetak uang untuk anggaran, yang juga memiliki risiko, kata Bilan dari Dragon Capital kepada Reuters.

Gubernur Bank Sentral Andriy Pyshnyi menegaskan bahwa mencetak uang akan menjadi tindakan ekstrem dan mereka tidak berencana melakukannya tahun ini.

Ukraina juga perlu menemukan cara untuk merestrukturisasi utang internasional sekitar $20 miliar pada tahun depan setelah pemegang obligasi negara menyetujui pembekuan pembayaran selama dua tahun pada Agustus 2022.

Menteri Keuangan Serhiy Marchenko mengatakan pemerintah berharap mendapatkan pendanaan luar negeri secara penuh pada 2024. Namun, ia menambahkan bahwa jika perang berlangsung lebih lama, maka “skenarionya akan mencakup kebutuhan untuk beradaptasi dengan kondisi baru.”

Ekonomi Tumbuh

Perekonomian diperkirakan tumbuh sekitar 5 persen tahun ini setelah mengalami kontraksi hampir sepertiganya pada tahun lalu. Inflasi telah turun hingga satu digit, cadangan devisa mendekati angka tertinggi dalam sejarah dan bantuan luar negeri telah tiba secara teratur pada tahun ini.

Tim penyelamat bekerja di rumah sakit yang rusak parah akibat serangan rudal Rusia, di tengah serangan Rusia ke Ukraina, di Kota Selydove, Donetsk, Ukraina, 21 November 2023. (Foto: REUTERS/Alina Smutko)

Tim penyelamat bekerja di rumah sakit yang rusak parah akibat serangan rudal Rusia, di tengah serangan Rusia ke Ukraina, di Kota Selydove, Donetsk, Ukraina, 21 November 2023. (Foto: REUTERS/Alina Smutko)

Perusahaan-perusahaan Ukraina dan perusahaan-perusahaan asing telah beradaptasi dengan realitas baru di masa perang, bahkan ada yang mengumumkan fasilitas produksi baru di wilayah tengah dan barat, jauh dari konflik di wilayah industri yang lebih padat di wilayah timur dan selatan.

Nestle menginvestasikan 40 juta franc Swiss (sekitar $46 juta) di fasilitas baru di wilayah barat Volyn, sementara perusahaan raksasa obat-obatan dan pestisida asal Jerman, Bayer, berencana menginvestasikan 60 juta euro mulai 2023 dan seterusnya dalam produksi benih jagung di wilayah tengah Zhytomyr.

Namun meskipun ada tanda-tanda pemulihan yang tidak terlalu besar pada tahun ini, perekonomian yang didorong oleh komoditas masih lebih kecil dibandingkan sebelum perang, dan risiko serta kendala lainnya masih tetap tinggi.

Jutaan warga Ukraina tetap berada di luar negeri setelah melarikan diri dari invasi, sehingga mendorong banyak perusahaan mengeluhkan kekurangan pekerja, terutama untuk posisi yang sangat terampil.

Perekonomian juga terhambat oleh upaya Rusia untuk memblokade Laut Hitam, meskipun rute pelayaran Ukraina yang dibuat bertentangan dengan Moskow pada musim panas ini telah membantu ekspor komoditas dan mungkin akan meningkatkan pertumbuhan tahun depan, kata para ekonom.

Ketidakpastian mengenai arah perang masih terus berlanjut, dan logistik ekspor masih terganggu karena banyaknya pengungsi yang masih berada di luar negeri. Institut Ekonomi Agraria Nasional mengatakan masalah transportasi dan logistik menyebabkan penurunan ekspor produk pertanian sebesar 7 persen pada November dan meningkatkan biaya pangan impor. Makanan menyumbang 60 persen ekspor Ukraina.

Rumah investasi ICU yang berbasis di Kyiv memperkirakan pertumbuhan akan berkurang menjadi 5 persen pada 2024 setelah 5,8 persen pada tahun ini, dengan inflasi diperkirakan akan meningkat pada tahun depan. Dragon Capital memperkirakan PDB akan tumbuh sekitar 4 persen pada 2024 setelah 5,2 persen pada tahun ini.

Kyiv juga dipastikan akan tetap bergantung pada pendanaan asing meskipun ada kekhawatiran bahwa dukungan keuangan Barat mungkin berkurang, kata para ekonom.

“Kami melihat defisit (sebelum bantuan dan pinjaman luar negeri) melebihi 10 persen PDB setidaknya hingga 2027, dan turun di bawah 5 persen hanya setelah 2030,” kata ICU dalam catatan penelitiannya.

Defisit perdagangan Ukraina membengkak menjadi $22,3 miliar dalam 10 bulan pertama 2023, sebuah rekor tertinggi yang menggambarkan bagaimana impor melonjak sementara ekspor tetap lemah. [ah/ft]

Sumber: www.voaindonesia.com