News  

Tolak Usulan Penghentian Bahan Bakar Fosil COP28

Sekretaris Jenderal Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) Haitham Al Ghais mendesak anggota OPEC+ untuk menolak proposal apa pun yang sedang dibahas pada KTT Iklim COP28 yang dianggap lebih menargetkan penghapusan bahan bakar fosil daripada upaya menekan emisi karbon. Desakan itu tertuang dalam sebuah surat pada Rabu (6/12) yang dilihat Reuters pada Jumat (8/12).

Bahasa yang digunakan untuk menggambarkan masa depan bahan bakar fosil dalam perjanjian akhir adalah isu yang paling diperdebatkan pada KTT PBB yang digelar di Uni Emirat Arab pada tahun ini.

Tiga sumber mengonfirmasi keaslian surat itu kepada Reuters. OPEC mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada Reuters bahwa pihaknya tidak mengomentari komunikasi resmi dengan negara-negara anggotanya. Namun OPEC terus memberikan pandangan kepada mereka dan mitranya.

Aktivis memprotes bahan bakar fosil di sela-sela KTT Iklim PBB COP28 di Dubai pada 5 Desember 2023. (Foto: AFP)

Surat sekjen OPEC tersebut mengacu pada rancangan teks COP28 yang sedang dinegosiasikan untuk diterbitkan oleh badan iklim PBB pada Selasa (5/12). Draf yang berbeda diterbitkan pada Jumat (8/12)

Rancangan kesepakatan baru tersebut mencakup serangkaian pilihan, mulai dari menyetujui “penghentian penggunaan bahan bakar fosil secara bertahap sesuai dengan ilmu pengetahuan terbaik yang tersedia,” hingga penghapusan secara bertahap “pembakaran bahan bakar fosil yang secara langsung melepaskan karbon ke atmosfer”, hingga tidak ada penjelasan sama sekali mengenai hal tersebut.

“Sepertinya tekanan yang tidak wajar dan tidak proporsional terhadap bahan bakar fosil dapat mencapai titik kritis dengan konsekuensi yang tidak dapat diubah, karena keputusan rancangan keputusan masih memuat opsi penghentian penggunaan bahan bakar fosil,” demikian bunyi surat tersebut.

Surat tersebut mendesak delegasi di COP28 untuk “secara proaktif menolak teks atau formula apa pun yang menargetkan energi, misalnya bahan bakar fosil, dan bukan emisi.”

Anggota OPEC pada umumnya menentang penggunaan bahasa yang tegas terkait larangan penggunaan bahan bakar fosil.

UEA, negara Arab kedua yang menjadi tuan rumah KTT iklim setelah Mesir pada 2022 dan merupakan anggota OPEC, bersama dengan produsen energi Teluk lainnya menyerukan apa yang mereka anggap sebagai transisi energi yang lebih realistis. Pada masa transisi tersebut, mereka berpendapat bahan bakar fosil masih akan tetap berperan dalam mengamankan pasokan energi, berbarengan dengan upaya industri melakukan dekarbonisasi.

“Meskipun Negara-negara Anggota OPEC dan Negara-negara Non-OPEC yang berpartisipasi dalam Piagam Kerja Sama (CoC) menganggap serius perubahan iklim dan memiliki rekam jejak yang terbukti dalam aksi iklim, tidak dapat diterima jika kampanye bermotif politik membahayakan kesejahteraan dan masa depan rakyat kita,” tulis surat tersebut. [ah/ft]

Sumber: www.voaindonesia.com